Moderasi Beragama: Mahasiswa Baru STAB Negeri Raden Wijaya Dibekali Nilai Toleransi dan Keberagaman
Wonogiri, 19 Agustus 2024 – STAB Negeri Raden Wijaya menggelar acara Moderasi Beragama untuk mahasiswa semester 1 pada Senin, 19 Agustus 2024, di Aula Lantai 3. Kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai program studi, seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Keagamaan Buddha (PKB), Ilmu Komunikasi (ILKOM), Pariwisata, Kepenyuluhan, dan Kepanditaan, bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman di kalangan mahasiswa.
Dalam sambutannya, Ketua STAB Negeri Raden Wijaya, Dr. Sulaiman, menyoroti pentingnya kesadaran akan konflik agama dan etnis yang masih terjadi di berbagai belahan dunia. “Di usia kalian, banyak rekan sebaya di negara lain masih harus menghadapi konflik. Kita patut bersyukur atas kedamaian yang kita nikmati saat ini dan perlu menjadi contoh bagi dunia dalam mempraktikkan moderasi beragama,” ujarnya.
Dr. Sulaiman menekankan bahwa moderasi beragama bukanlah mengurangi keimanan, melainkan menjalankan agama dengan kesadaran penuh bahwa praktik keagamaan harus menghormati hak orang lain. “Praktik keagamaan itu sangat pribadi dan merupakan hubungan langsung dengan Tuhan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga keseimbangan dalam beribadah tanpa mengganggu harmoni sosial.”
Beliau juga menyatakan harapannya agar kegiatan ini dapat memberikan dampak positif dalam menumbuhkan sikap saling menghormati di antara mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang agama. “Saya berharap, melalui kegiatan ini, para mahasiswa baru dapat menjadi agen perubahan yang aktif mempromosikan perdamaian dan kerukunan di masyarakat luas,” pungkasnya.
Acara ini diawali dengan registrasi peserta, kemudian dilanjutkan dengan sesi pembukaan, pretest, dan dua sesi materi utama. Materi pertama yang berjudul “Nilai-Nilai Moderasi Beragama” disampaikan oleh Dede Dwi Kurniasih, S.Sos., MA., seorang fasilitator dari Pokja Moderasi Beragama Kementerian Agama Republik Indonesia. Dalam paparannya, Dede menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai landasan untuk membangun masyarakat yang saling menghormati dan tidak mudah terprovokasi oleh perbedaan.
Sesi kedua bertema “Membangun Kerukunan Umat Beragama,” dibawakan oleh Ari Mariyono, M.Pd., yang mengajak para mahasiswa untuk lebih memahami pentingnya kerukunan antarumat beragama sebagai fondasi utama dalam menciptakan kedamaian di masyarakat.
Acara ini menjadi langkah awal penting bagi mahasiswa baru dalam mengarungi kehidupan kampus yang penuh dengan keberagaman, sekaligus menjadi bekal bagi mereka untuk turut menjaga harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.